Kamis, 20 November 2008

ATC Automation


ATC Automation adalah suatu proses yang diarahkan untuk mengolah data yang digunakan untuk pemanduan lalu lintas udara yang hasil datanya dapat digunakan oleh ATC untuk mengambil keputusan.

Sistem ATC Automation berfungsi memberikan keselamatan dan efisiensi pelayanan lalu lintas udara (Air Traffic Services/ATS) kepada pesawat-pesawat yang broperasi dengan Instrument Flight Rules (FIR) dan Visual Flight Rules (VFR) didalam FIR Indonesia. Sistem berinterface dengan sumber radar dan fasilitas lalulintas udara, dan berkemampuan untuk mendukung ekspansi di masa depan serta pelatihan controller.

Cara-cara pengaturan lalu lintas udara yang manual dirubah oleh sistem ATC automation yang dapat meningkatkan efektifitas dan produktifitas dari ATC Controller. ATC Automation dapat juga memberikan pelayanan seperti weather advisory, flow control dan informasi status dari bandara.

Sistem yang akan menggunakan data-data Radar tersebut, yang berada pada Radar Data Processor Subsystem (RDPS), dan diolah bersama data yang diterima dari Flight Plan, yang berada pada FDPS dan akan ditampilkan pada workstation-workstation dengan display berukuran 2000 x 2000 pixel atau yang biasa disebut 2K 2K yang dipergunakan ATC untuk melakukan pemanduan terhadap penerbangan. Data lain yang diolah adalah Aeronautical Data Processing Subsystem, Automatic Dependence Surveillance Subsystem dan Automatic Message Switching Centre Subsystem

Pengertian dari pesawat terbang - Aircraft

Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di Amerika Serikat. Selain Wright bersaudara, tercatat beberapa penemu pesawat lain yang menemukan pesawat terbang antara lain Samuel F Cody yang melakukan aksinya di lapangan Fanborough, Inggris tahun 1910. Sedangkan untuk pesawat yang lebih ringan dari udara sudah terbang jauh sebelumnya. Penerbangan pertama kalinya dengan menggunakan balon udara panas yang ditemukan seorang berkebangsaaan Perancis bernama Joseph Montgolfier dan Etiene Montgolfier terjadi pada tahun 1782, kemudian disempurnakan seorang Jerman yang bernama Ferdinand von Zeppelin dengan memodifikasi balon berbentuk cerutu yang digunakan untuk membawa penumpang dan barang pada tahun 1900. Pada tahun tahun berikutnya balon Zeppelin mengusai pengangkutan udara sampai musibah kapal Zeppelin pada perjalanan trans-Atlantik New Jersey 1936 yang menandai berakhirnya era Zeppelin meskipun masih dipakai menjelang Perang Dunia II. Setelah zaman Wright, pesawat terbang banyak mengalami modifikasi baik dari rancang bangun, bentuk dan mesin pesawat untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara.

Jenis pesawat terbang

Berdasarkan desain

  • Balon udara
  • Kapal udara
  • Pesawat bersayap tetap
    • Pesawat bersayap satu
      • Pesawat bersayap delta
      • Pesawat bersayap lipat
      • Sayap terbang
    • Pesawat bersayap dua
    • Pesawat bersayap tiga
  • Pesawat sayap berputar
    • Helikopter
    • Autogiro

Berdasarkan propulsi

  • Pesawat terbang layang (Glider)
  • Pesawat bermesin piston
  • Pesawat bermesin turbo propeler
  • Pesawat bermesin turbojet
  • Pesawat bermesin turbofan
  • Pesawat bermesin ramjet

Berdasarkan penggunaan

  • Pesawat eksperimental
  • Pesawat penumpang sipil
  • Pesawat angkut
  • Pesawat militer

Pengertian dari pesawat terbang - Aircraft

Pesawat terbang atau pesawat udara adalah mesin atau kendaraan apapun yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di Amerika Serikat. Selain Wright bersaudara, tercatat beberapa penemu pesawat lain yang menemukan pesawat terbang antara lain Samuel F Cody yang melakukan aksinya di lapangan Fanborough, Inggris tahun 1910. Sedangkan untuk pesawat yang lebih ringan dari udara sudah terbang jauh sebelumnya. Penerbangan pertama kalinya dengan menggunakan balon udara panas yang ditemukan seorang berkebangsaaan Perancis bernama Joseph Montgolfier dan Etiene Montgolfier terjadi pada tahun 1782, kemudian disempurnakan seorang Jerman yang bernama Ferdinand von Zeppelin dengan memodifikasi balon berbentuk cerutu yang digunakan untuk membawa penumpang dan barang pada tahun 1900. Pada tahun tahun berikutnya balon Zeppelin mengusai pengangkutan udara sampai musibah kapal Zeppelin pada perjalanan trans-Atlantik New Jersey 1936 yang menandai berakhirnya era Zeppelin meskipun masih dipakai menjelang Perang Dunia II. Setelah zaman Wright, pesawat terbang banyak mengalami modifikasi baik dari rancang bangun, bentuk dan mesin pesawat untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara.

Jenis pesawat terbang

Berdasarkan desain

  • Balon udara
  • Kapal udara
  • Pesawat bersayap tetap
    • Pesawat bersayap satu
      • Pesawat bersayap delta
      • Pesawat bersayap lipat
      • Sayap terbang
    • Pesawat bersayap dua
    • Pesawat bersayap tiga
  • Pesawat sayap berputar
    • Helikopter
    • Autogiro

Berdasarkan propulsi

  • Pesawat terbang layang (Glider)
  • Pesawat bermesin piston
  • Pesawat bermesin turbo propeler
  • Pesawat bermesin turbojet
  • Pesawat bermesin turbofan
  • Pesawat bermesin ramjet

Berdasarkan penggunaan

  • Pesawat eksperimental
  • Pesawat penumpang sipil
  • Pesawat angkut
  • Pesawat militer

Alat bantu pesawat di Bandara


Pada bagian pertama tentang Alat Bantu Pendaratan Pesawat di bandar udara, telah dibahas mengenai Alat Bantu Pendaratan secara Instrument berupa Instrument Landing System (ILS) walaupun Runway Visual Range (RVR). Dengan adanya Instrument Landing SYstem (ILS) maka walaupun cuaca kurang baik maka pesawat terbang dapat mendarat dengan selamat.

Untuk bagian ke 2 ini akan kita bahas Alat Bantu Pendaratan secara Visual. Artinya kondisi cuaca di bandar udara cerah dan pilot secara visual dapat melihat langsung landasan. Alat Bantu Pendaratan secara Visual terdiri dari :

2. Airfield Lighting System (AFL)

adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman.

Airfield Lighting System (AFL) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut :

  • Runway Edge Light.

    yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi tuntunan kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari.

  • Threshold Light,

    yaitu rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu memancarkan cahaya hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah pendaratan.

  • Runway End Light,

    yaitu rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas.

  • Taxiway Light

    yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.

  • Flood Light,

    yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat terbang yang menginap atau parkir.

  • Approach light,

    yaitu rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.

  • Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Visual Approach Slope Indicator System (VASIS)

    yaitu rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada daerah touch down.

  • Rotating Beacon,

    yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower.

  • Turning Area Light,

    yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini terdapat tempat pemutaran pesawat terbang.

  • Apron Light,

    yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi tanda batas pinggir Apron.

  • Sequence Flashing Light (SQFL),

    yaitu lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.

  • Traffic Light,

    yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.

  • Obstruction Light,

    yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.

  • Wind Cone,

    yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang.

NAZI Adolf Hitler…Siapa yang tak kenal sosok manusia yang satu ini? Cerita akan kekejamannya dengan pasukan NAZInya sudah terkenal seantero bumi. Namun sayangnya, banyak dari cerita dan sejarah tentang Hitler ini yang dimodifikasi demi kepentingan politik saat ini.

Adolf Hitler telah dituduh melakukan suatu tindakan genosida (pembersihan etnis/etnic cleansing) terhadap etnis Yahudi. Untuk lebih mendramatisir tindakan ini, peradaban barat memberi nama khusus, yaitu tindakan HOLOCAUST. Dikatakan bahwa Holocaust telah menelan korban sebanyak kurang lebih 6 juta orang Yahudi.

Sebenarnya ada banyak hal yang meragukan dan membingungkan dari cerita dongeng Holocaust ini. Semua sanggahan mengenai ketidak absahan cerita Holocaust sebenarnya jauh lebih masuk akal dari cerita Holocaust itu sendiri. Jika saja dunia mau menerima kenyataan berdasarkan bukti-bukti yang ada dan eksis, seharusnya cerita Holocaust ini masuk ke keranjang sampah ilmu sejarah.

Menurut cerita (terutama pendukung cerita Holocaust: YAHUDI), Holocaust telah menelan korban jiwa sebanyak 6 juta orang Yahudi. Padahal menurut catatan kependudukan tiap-tiap negara Eropa waktu itu, akumulasi jumlah orang-orang Yahudi di penjuru Eropa tidak sampai 3 juta orang! Lalu darimana angka 6 juta ini didapat? Kejanggalan berikutnya pun muncul. Selama lebih dari setengah abad ini, tidak ada satupun dokumen yang ditemukan dari pihak kaum NAZI (Jerman) yang menyebut mengenai pembantain massal etnis Yahudi. Seakan-akan semua catatan, notebook, memo atau dokumen resmi pemerintahan NAZI hilang ditelan bumi.

Belum selesai sampai sini, kejanggalan berikutnyapun muncul. Tahun terjadinya Holocaust adalah tahun 1941-1945, setengah abad yang lalu. Waktu itu teknologi sangat lah terbatas bila dibandingkan saat ini. Yang menjadi pertanyaan: cukupkah waktu 5 tahun itu untuk mengumpulkan 6 juta orang Yahudi dari seluruh daratan Eropa? mengingat alat transportasi saat itu sangatlah terbatas ditambah keadaan perang yang chaos. Apakah NAZI mempunyai teknologi sedemikian canggih sehingga mampu mengumpulkan 6 juta Yahudi dari seluruh Eropa untuk kemudian dibantai di Kamp Konsentrasi yang berada di sekitar Jerman? Ditambah saat itu Jerman sedang berperang dengan 3 negara super: Amerika, Inggris dan Soviet. Apakah masih ada “waktu” dan kesempatan untuk mencari-cari dan mengangkut jutaan manusia dari Jutaan Hektar tanah Eropa?

Masih banyak bukti-bukti lain yang “menganggu” cerita Holocaust ini. Namun anehnya, walaupun sudah setengah abad berlalu, cerita Holocaust masih dianggap suatu “Kebenaran mutlak” yang tabu untuk ditolak atau disanggah kebenarannya